BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada waktu bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan, kita mewarisi sistem pendidikan lama yang
diselenggarakan oleh pemerintah kolonial. Pada saat itu, pendidikan terlalu
amat teoritis dan hanya dapat dinikmati oleh golongan atas dan mereka yang
mampu membayar biaya pendidikan yang tinggi.
Penyelenggarakan pendidikan harus
didasarkan pada dasar yang kuat bagi pembangunan nasional. Dengan maksud dan
tujuannya untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap yang diperlukan
dalam pembangunan, dan juga mendorong rakyat kearah masyarakat yang lebih
rasionil dan demokratis yang sesuai dengan kepribadian Indonesia dengan
penerapan teknologi.
Jika kita benar-benar melaksanakan
apa yang sudah digariskan di atas kita sampai kepada dimensi di mana pelayanan
bimbingan makin dirasakan perlunya.
Mengingat masalah bimbingan ini
merupakan hal yang masih baru bagi sekolah-sekolah kita pada umumnya, maka
dalam rangka administrasi pendidikan ini masalah tersebut akan diuraikan secara
garis besarnya saja dan bersifat memberikan pengertian elementer sebagai dasar
pengertian dan pelaksanaan bagi guru-guru.
Bimbingan meliputi keseluruhan dari
pekerjaan memberikan bantuan. Jadi, dengan kata bimbingan saja kiranya cukup
jelas bahwa yang dimaksud adalah bimbingan dan penyuluhan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Arti
dan Pentingnya Bimbingan
1. Pengertian
Bimbingan
a. Miller
F. W. (1968) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses untuk membantu individu
memperoleh pengertian tentang diri sendiri dan pengarahan diri sendiri yang
perlu penyesuaian yang maksimal di sekolah, rumah, dan masyarakat.
b. Gamon,
H. P. (1969) mengatakan bahwa bimbingan di sekolah menengah berusaha untuk membantu murid-murid agar
dapat sebanyak mungkin menimba manfaat dari pengalaman-pengalaman yang mereka
peroleh selama mereka berada di sekolah menengah itu. Selanjutnya ia mengatakan
bahwa bimbingan di sekolah meliputi ide-ide yang menyangkut perkembangan
pendidikan, sosial, dan psikologis, dan hendaknya diorientasikan kepada bidang
akademis.
c. Van
Hoose (1969) mengatakan bahwa 1)bimbingan adalah suatu ide, yakni setiap anak adalah unik, seorang anak berbeda dari yang
lain. 2)bimbingan adalah suatu keyakinan,yakni
dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan; keyakinan bahwa tiap pribadi
mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah membantu anak memanfaatkan
potensinya itu. 3) bimbingan adalah suatu fungsi,
yakni bimbingan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu mereka menjadi
apa yang mereka mampu dan membantu mereka mencapai apa yang menjadi idaman
masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Dan beberapa ahli lainnya menganggap bahwa bimbingan
adalah pelayanan yang terorganisir yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan
secara teratur kepada murid-murid dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka
hadapi dan dalam membina penyesuaian diri terhadap berbagai situasi yang harus
ia hadapi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran
yang dialaminya. Untuk itu, bimbingan bukanlah pemberian arah atau tujuan yang
telah ditentukan oleh si pembimbing, bukan pula suatu pengambilan keputusan
yang diperuntukan bagi seseorang. Tetapi, pembimbing membantu untuk menetapkan
suatu pilihan, dan itu diberikan ketika seseorang atau individu benar-benar
tidak sanggup lagi untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya.
2. Bagi
Siapa Bimbingan Diperlukan
Biasanya yang
diketahui bahwa kesulitan-kesulitan atau kesukaran-kesukaran yang dialami
seseorang dalam hidupnya itu tidak hanya timbul pada masa kanak-kanak, tetapi
juga setelah orang itu dewasa. Maka dari itu, bimbingan itu berlaku bagi
anak-anak yang normal maupun abnormal (dalam arti berlainan), dan juga bagi
orang-orang yang sudah dewasa.
Demikianlah maka
adanya bimbingan itu tidak hanya perlu bagi SLP dan SLA saja, tetapi juga bagi
SD, akademi-akademi dan perguruan tinggi, dan bahkan juga bagi orang-orang
dewas dalam masyarakat.
3. Mengapa
Bimbingan Diperlukan di Sekolah
Menurut F. W.
Miller (1968) ada lima faktor pokok yang menguatkan perlu adanya pelayanan
bimbingan, yaitu sebagai berikut:
a. Demokrasi
“Kesempatan yang sama untuk semua
orang” telah menjadi kenyataan dalam berbagai bidang, di sekolah, di
universitas, dan perguruan tinggi lainnya, di pabrik-pabrik dan industri, dan
dalam lapangan profesionil. Sekolah-sekolah saat ini menampung murid-murid dari
berbagai asal-usul dan latar belakang, dan dengan ini dapatlah kita maklumi
perbedaan-perbedaan individual yang besar di antara anak-anak.
b. Teknologi
Berkat kemajuan teknik yang amat
pesat kesempatan bekerja berkembang dengan cepat juga, sehingga tanpa bantuan
dari pembimbing-penyuluh yang terlatih baik, adalah sukar, kalaupun tidak
mustahil, bagi murid-murid untuk menterap-cocokkan minat dan kemampuan mereka
terhadap kesempatan-kesempatan dalam dunia kerja yang selalu berubah dan meluas
itu.
c. Perluasan
program pendidikan
Perluasan ini terjadi dalam segi tingginya (menurut jenjang tingkatan
kelas-kelas), luasnya, dan dalamnya program pendidikan. Murid-murid
yang masuk sekolah bertambah banyak dan filsafat pendidikan mengarahkan para
pendidik untuk lebih lagi memusatkan perhatian mereka kepada anak-anak secara
perseorangan. Dalam keadaan seperti ini guru-guru memerlukan bantuan dari para
ahli dalam mencapai secara lebih tepat tujuan-tujuan pendidikan yang
dikehendaki.
d. Keadaan
dan keagamaan
Kenakalan remaja, ketegangan dan
prasangka rasial dan yang didasarkan atas sentimen keagamaan yang meningkat,
tetapi di lain pihak peranan rumah sebagai penunjang, penggerak, dan pembina
moral yang efektif ternyata merosot. Moral dan nilai-nilai menjadi kacau tak
menentu.
e. Keadaan
ekonomi-sosial
Depresi ekonomi dan perang dunia
serta ketegangan yang meluas meningkatkan rasa tidak aman. Dalam keadaan ini
semua pelayanan bimbingan diperlukan untuk memelihara manusia demi kesehataan
mental mereka. Didasarkan atas kondisi-kondisi pokok inilah gerakan bimbingan
diselenggarakan. Semua gerakan ini berkembang dengan cepat dan melakukan
hal-hal yang amat berarti, dan gerakan-gerakan ini membawa pengaruh yang
bersifat nasional.
Selain itu,
berikut adalah contoh nyata bagi perlunya diadakan bimbingan di
sekolah-sekolah:
·
Banyak di antara
anak-anak kita yang tidak mengetahui ke mana harus melanjutkan sekolahnya yang
sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
·
Akibat pilihan sekolah
yang tidak sesuai itu, banyak anak-anak yang terpaksa harus keluar dari sekolah
sebelum waktunya, atau selalu pindah sekolah sehingga memboroskan waktu dan
biaya, sedangkan hasilnya dapat dikatakan nol.
·
Banyak anak-anak dan
remaja yang mengalami kesukaran dalam cara belajar, dalam mengisi dan
menggunakan waktu senggang, dalam menghadapi percintaan atau menentukan pilihan
teman hidup, dalam penyesuaian terhadap teman-teman sekelas atau terhadap
sekolah, dan sebagainya.
·
Banyak pengangguran dan
perbuatan asusila dan asocial yang diderita dan dilakukan anak-anak dan para
pemuda kita, seperti adanya cross-boy,
dan sebagainya.
Dalam beberapa contoh tersebut cukup jelas kiranya
betapa pentingnya dan perlunya bimbingan itu diadakan, terutama bagi
murid-murid di sekolah lanjutan. Jika hal-hal yang dikemukakan di atas kita
renungkan dan teliti benar-benar, ternyatalah betapa banyak macam bantuan yang
perlu dipikirkan dalam usaha kita memberi bimbingan kepada anak-anak kita itu.
4. Siapa
yang Melaksanakan Bimbingan
Bimbingan adalah
pelayanan komprehensif yang tidak dapat dilakukan oleh semata-mata satu orang
saja, melainkan seluruh personil sekolah perlu menunjang pelaksanaan pelayanan
itu agar ia dapat berfungsi secara penuh dan efektif.
Di negara-negara
yang sudah lebih maju (seperti Amerika Serikat), untuk melaksanakan bimbingan
di sekolah, di samping guru-guru telah diadakan petugas-petugas khusus, yakni
orang-orang yang memiliki keahlian tertentu dalam bidang yang diperlukan dalam
melaksanakan bimbingan itu.
Orang-orang itu
biasanya disebut guidance counselor.
Ada pula sekolah yang membentuk team guru-guru
sebagai petugas bimbingan (grup guidance
counselor), dan setiap guru anggota team
itu disebutnya teacher counselor.
Berikut ini
adalah peranan para personil sekolah dalam hubungannya dengan pelayanan
bimbingan.
a. Tanggung
jawab administrator:
1) Yang
menyangkut tugas administratif :
menyediakan biaya untuk pelayanan
bimbingan, dan menyelenggarakan “sistem record”
yang baik.
2) Yang
menyangkut organisasi:
mengakui pentingnya pelayanan
bimbingan; mendorong staf sekolah untuk dapat mengenal dan mengakui pentingnya
pelayanan bimbingan; mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang menyangkut
pelayanan bimbingan; menyediakan personil yang cukup, baik perlengkapan dan
sumber-sumber lain untuk bimbingan; mendorong timbulnya hubungan baik antara
sekolah dan masyarakat, khususnya dalam rangka memanfaatkan sumber-sumber yang
ada dalam masyarakat demi keefektifan pelayanan bimbingan.
3) Riset:
mengadakan penelitian tentang
kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan murid-murid dan jenis-jenis pelayanan apa
yang perlu mereka peroleh.
4) Personil:
memilih staf yang baik; mendorong
staf agar mereka dapat mengembangkan diri mereka sendiri khususnya untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang lebih luas dan
mendalam.
5) Pengaturan
waktu:
mengatur waktu sehingga murid-murid
mendapat kesempatan untuk memanfaatkan pelayanan penyuluhan; menyediakan waktu
yang cukup bagi para petugas bimbingan sehingga mereka dapat melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6) Perlengkapan:
menyediakan fasilitas, perlengkapan
dan sumber-sumber yang diperlukan.
7) Yang
menyangkut kurikulum:
mengevaluasi dan meninjau
kurikulum; menyediakan program yang tepat untuk kegiatan murid-murid.
8) Menyelenggarakan
program “inservice training”.
9) Penilaian
keseluruhan kegiatan atau program.
b. Peranan
guru dalam bimbingan
1) Bekerjasama
dengan administrator dan petugas bimbingan dalam mengembangkan pelayanan
bimbingan.
2) Menciptakan
iklim yang baik yang akan sangat menunjang perkembangan murid-murid secara
penuh, khususnya dalam hubungannya dengan pencapaian “tugas-tugas
perkembangan”.
3) Mengembangkan
integrasi informasi pendidikan dan informasi jabatan ke dalam pengajaran.
4) Mempelajari
murid secara perseorangan: minat-minatnya, potensinya, dan bakat-bakatnya, pola
tingkah lakunya, keadaan lingkungannya, dan sebagainya. Semua informasi ini
akan membantu guru dalam menyesuaikan pengajaran yang lebih cocok untuk
masing-masing anak.
5) Mengembangkan
kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah sederhana yang terjadi di dalam
kelasnya sendiri.
6) Mengambil-alihkan
murid-murid yang bermasalah (yang tidak dapat ditanggulangi oleh guru—meskipun
sudah diusahakan sedapat-dapatnya) kepada pembimbing-penyuluh.
c. Peranan
pembimbing-penyuluh
1) Penyuluhan
individual:
membantu individu mengenal dirinya
sendiri dengan lebih baik mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang tersedia
baginya; membantu individu menyusun suatu rencana yang baik dalam mencapai
tujuan tertentu; membantu individu memecahkan masalah (termasuk masalah
pribadi, sosial, dan sebagainya).
2) Membantu
guru untuk:
memanfaatkan berbagai informasi
yang menyangkut anak-anak secara perseorang untuk merencanakan kegiatan kelas;
mengetrapkan cara-cara atau prosedur pengukuran dan penilaian yang baik;
mengetrapkan teknik bimbingan kelompok; mengembangkan kerja sama yang baik
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi murid-murid.
3) Yang
menyangkut program sekolah secara keseluruhan:
ikut serta dalam merencanakan suatu
kegiatan atau program; ikut serta dalam mengembangkan kurikulum; ikut serta
dalam program “inservice training”; mencurahkan
penuh perhatian kesehatan mental staf sekolah.
4) Membantu
sekolah untuk memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat:
sebagai “penghubung” antara sekolah
dan masyarakat sehingga memungkinkan sekolah memanfaatkan sumber-sumber yang
ada dalam masyarakat; menyelenggarakan konsultasi yang berfaedah dengan orang
tua murid, terutama dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapi murid-murid;
menjelaskan program sekolah, terutama program bimbingan untuk kelompok dan
individu tertentu.
5) Menyediakan
diri untuk membantu tugas-tugas administrasi.
d. Fungsi
pokok ahli psikologi sekolah
1) Menyelenggarakan
studi diagnostic dan usaha-remedial.
2) Mengusahakan
pelayanan khusus untuk anak-anak yang cacat.
3) Bertindak
sebagai konsultan untuk petugas bimbingan lainnya.
e. Peranan
jururawat sekolah
1) Menyelenggarakan
pelayanan kesehatan untuk murid-murid dan personil sekolah.
2) Menyediakan
informasi-informasi kesehatan murid untuk guru, petugas bimbingan,
administrator, dan orang tua, terutama dalam hubungannya dengan beberapa tujuan
yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan murid-murid.
3) Mengambil-alihkan
murid-murid yang bermasalah kepada ahli lain dalam bidang kedokteran.
4) Berkonsultasi
dengan orang tua mengenai kesehatan murid.
5) Menyimpan
“health record”.
6) Menumbuhkan
sikap murid yang baik terhadap hidup sehat.
7) Sebagai
salah seorang anggota staf bimbingan terlibat dalam kegiatan bimbingan secara
keseluruhan.
Semestinya masih
ada beberapa personil yang dapat kita anggap sebagai petugas-petugas yang dapat
membantu penyelenggaraan pelayanan bimbingan di sekolah, seperti petugas sosial,
petugas yang berkenaan dengan kesejahteraan umum, guru-guru spesialis, dan
sebagainya.
B. Fungsi
Bimbingan dalam Pendidikan
1. Bimbingan
dalam Pendidikan
Ada
lima fungsi pokok pelayanan bimbingan :
a. Untuk
mengungkapkan potensi, bakat, kemampuan dan minat anak.
b. Untuk
mengarahkan dan menyuburkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
potensi, bakat, kemampuan dan minat anak.
c. Untuk
mencegah anak dari gangguan terhadap kelancaran pertumbuhan dan perkembangan
itu.
d. Untuk
mengatasi masalah yang dihadapi anak jika ia mengalaminya.
e. Untuk
menyajikan berbagai informasi yang perlu bagi anak.
Dengan demikian, benar pula jika dikatakan bahwa
bimbingan itu sebenarnya menyangkut semua usaha pendidikan yang dilakukan oleh
guru, baik di dalam maupun di luar sekolah. Meskipun bimbingan itu menyangkut
tiap aspek kegiatan sekolah, tetapi baik pendidikan dan juga bimbingan adalah
dua hal yang berbeda dalam tujuan maupun dalam prosesnya.
Jadi, menurut arti yang lebih luas, bimbingan itu
dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pendidikan. Sedangkan dalam artinya yang
lebih khusus, bimbingan itu mencakup semua teknik penasihatan (counseling) dan semua macam informasi
yang dapat menolong individu untuk menolong dirinya sendiri.
2. Bimbingan
Mengefektifkan Program Sekolah
a) Memperhatikan
individu anak-anak
Kiranya kita telah mengetahui bahwa
sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya kurang atau tidak memperhatikan
individu anak-anak. Bertambah banyaknya mata pelajaran, luasnya bahan pelajaran
bagi tiap mata pelajaran, serta adanya sistem ujian yang masih berlaku sekarang
ini, dan sebagainya, mengakibatkan guru-guru pada umumnya hanya “memompakan”
bahan-bahan pelajaran itu ke dalam otak anak-anak tanpa memperhatikan bahwa
perbedaan individual anak terhadap menerima pelajaran itu tidaklah sama. Maka
dari itu, fungsi pokok dari bimbingan adalah untuk menolong individu-individu
yang mencari atau membutuhkan bantuan meski macam bantuan itu tiap individu
tidaklah sama. Oleh karena itu, untuk melaksanakan bimbingan itu sebaik-baiknya
diperlukan adanya peminatnya, kecerdasannya, latar belakang keluarganya,
riwayat pendidikan atau sekolahnya, dan lain-lain, yang ada hubungannya dengan
bantuan yang akan diberikan. Dengan demikian, maka adanya bimbingan di
sekolah-sekolah berarti membantu sekolah dalam usahanya memperhatikan dan
memenuhi kebutuhan anak-anak sebagai individu.
b) Mendekatkan
hubungan sekolah dengan masyarakat
Mendekatkan hubungan sekolah dengan
masyarakat dapat dipahami jika kita mengetahui apa maksud adanya bimbingan di
sekolah-sekolah, dan apa yang dapat dilakukan oleh guru atau pembimbing.
Maksud adanya bimbingan di sekolah
ialah untuk menyediakan pelayanan yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu
dari murid-murid di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Apalagi sekarang ini
sering kita mendengar banyak penganggur lulusan sekolah yang makin lama makin
bertambah, lulusan sekolah sekarang tidak bekerja, dan makin merosotnya moral
para pelajar, dan sebagainya.
Ini semua menunjukkan bahwa betapa
banyak pelayanan atau bantuan yang mungkin dapat diberikan oleh guru-guru atau
pembimbing jika akan melaksanakan bimbingan itu dengan sebaik-baiknya. Itulah
sebabnya dalam rangka pelaksanaan bimbingan ini, diperlukan adanya hubungan
saling mengerti dan bantu-membantu antara sekolah dengan orang-orang tua murid,
jawatan-jawatan, perusahaan-perusahaan, lembaga-lembaga sosial dan keagamaan,
dan berbagai organisasi di dalam masyarakat.
c) Membimbing
individu ke arah jabatan atau pekerjaan yang sesuai
C. Program
Bimbingan di Sekolah
Kegiatan
bimbingan dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya
program yang disusun dengan baik. Program bimbingan memberikan arah yang jelas
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif.
Winkel (19991)
menjelaskan bahwa program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan
terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
1. Faktor
- Faktor yang Mempengaruhi Program Bimbingan
Program bimbingan itu menyangkut
dua faktor, yaitu: (1) faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan
bimbingan, (2) faktor-faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk
layanan siswa-siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan kegiatan
bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).
Mengingat hal-hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa berhasil atau tidaknya suatu program bimbingan di sekolah
sebagian besar bergantung pada:
a) Bagaimana
pengertian dan penerimaan kepala sekolah tentang fungsi dan tujuan bimbingan
itu.
b) Latihan,
pengalaman, minat, dan pengetahuan tentang bimbingan yang dimiliki oleh para
pelaksananya.
c) Bagaimana
pandangan guru-guru dan masyarakat terhadap kebutuhan-kebutuhan bimbingan itu
bagi murid-murid.
d) Kerjasama
antara guru-guru, orang tua murid, dan masyarakat.
e) Biaya
dan perlengkapan yang tersedia.
Dengan
demikian, tidaklah mengherankan jika program bimbingan itu akan berlain-lainan
antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Karena program bimbingan
hendaknya menyesuaikan dengan keadaan sekolah dan tujuan sekolahnya. Sehingga
semua itu akan mempengaruhi dan menentukan apa dan bagaimana program bimbingan
itu akan dilaksanakan.
Meskipun
pelaksanaan program bimbingan tiap sekolah berbeda, tetapi program bimbingan
itu haruslah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah digariskan
pemerintah, yang berdasarkan falsafah negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
2. Ciri
- Ciri Umum Program Bimbingan
Mathewson menyarankan agar program
bimbingan itu hendaklah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a) Kegiatan
bimbingan (proses yang menyangkut penilaian, penyesuaian, organisasi, dan
perkembangan) haruslah dilakukan secara continue
sejak dari taman kanak-kanak sampai pada pendidikan orang dewasa, termasuk
tingkatan akademi dan universitas, dan juga pelayanan-pelayanan masyarakat bagi
para pemuda dan orang-orang dewasa yang sudah keluar dari sekolah.
b) Proses
bimbingan haruslah menyerap setiap kegiatan sekolah dan dilakukan oleh
guru-guru serta orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam hal itu.
c) Program
bimbingan hendaklah definitive
(tegas, jelas batas-batasnya), mudah dipahami bagaimana prosedurnya, dan
kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan.
d) Semua
fase program pendidikan haruslah dikoordinasi, termasuk kegiatan-kegiatan
masyarakat, dalam suatu pelayanan yang disusun secara teratur dan sistematis,
berbagai pelayanan diarahkan pada tujuan yang sama.
e) Program
itu hendaklah mengarahkan titik perhatiannya pada tujuan-tujuan dan
masalah-masalah individu murid-murid, seperti pengertian akan dirinya sendiri,
perkembangan dan pengarahan diri sendiri, serta orientasinya terhadap
masyarakat.
3. Implikasi
- Implikasi Suatu Program Bimbingan
Untuk melaksanakan program
bimbingan, implikasi-implikasi yang dapat diusahakan oleh sekolah antara lain
adalah:
1) Bagi
individu murid
a) Menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap murid selalu merasa aman, bebas dari
rasa takut dan cemas yang berlebihan, gembira, dan berkeyakinan bahwa kecakapan
dan prestasi-prestasi yang dapat dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b) Menyediakan
kondisi-kondisi dan kesempatan-kesempatan bagi setiap murid untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
c) Mengembangkan
pengertian-pengertian dan sikap-sikap yang dapat merangsang murid-murid
memelihara kesehatan jasmani dan rohani mereka.
d) Mengusahakan
agar murid-murid dapat memahami dirinya: kecakapan-kecakapan, sikap-sikap,
minat, dan pembawaannya.
e) Mengembangkan
sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik, tingkah laku yang sesuai
dengan bermacam-macam tempat dan waktu.
f) Mengembangkan
rasa keseimbangan, ketenangan, kesabaran, dan pengarahan diri.
g) Mengembangkan
minat murid-murid terhadap nilai-nilai intelektual, sosial, dan rekreasi
(termasuk penggunaan waktu senggang)
h) Memperoleh
informasi-informasi pendidikan, pekerjaan, dan sosial, yang diperlukan dalam
pembuatan rencana-rencana sekarang dan yang akan datang.
i) Membantu
dalam pemilihan jabatan yang berharga dan layak, yang dapat dihubungkan dengan
minat dan sifat-sifat individu masing-masing.
j) Mengembangkan
kepandaian mengendalikan diri, suatu pengertian kewajiban atau tanggung jawab
pribadi terhadap kesejahteraan kelompok.
k) Mengembangkan
pengertian dan penghormatan yang sehat terhadap kesanggupan-kesanggupan dan
hak-hak sendiri, dan kesanggupan-kesanggupan serta hak-hak orang lain.
l) Mengembangkan
kepercayaan kepada diri sendiri dan penghormatan diri sendiri pada murid-murid.
2) Bagi
organisasi dan pekerjaan sekolah
a) Menempatkan
kebutuhan-kebutuhan pribadi individu di atas pertimbangan-pertimbangan prosedur
sekolah yang lain.
b) Menyediakan
suatu kurikulum dan kondisi-kondisi kerja yang memungkinkan setiap murid dapat
bekerja dengan hasil yang baik dan kapasitas yang penuh.
c) Menyediakan
informasi tentang keadaan diri murid-murid, yang penting bagi penentuan
bahan-bahan dan pemberian pengajaran yang sesuai.
d) Menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan murid-murid berpartisipasi secara aktif dalam
perencanaan dan dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
e) Menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan guru-guru dapat mengajar dan memimpin
kelasnya dengan baik.
f) Menyediakan
pelayanan-pelayanan profesional untuk membantu guru-guru dalam mengembangkan
sikap-sikap, kecakapan-kecakapan (skills), dan teknik-teknik yang perlu bagi
penasihat di dalam kelasnya.
g) Menyediakan
pelayanan-pelayanan yang sehat yang dapat membantu kondisi-kondisi jasmaniah
murid-murid yang mungkin mengakibatkan tingkah laku yang tidak layak.
h) Menyediakan
bahan-bahan untuk keperluan testing dan pencatatan-pencatatan yang diperlukan
untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan, sifat-sifat, dan minat-minat individu
murid-murid.
i) Mengadakan
penasihatan dan atau wawancara dengan orang-orang tua murid bila hal itu
dibutuhkan untuk menolong murid yang bersangkutan.
j) Menyediakan
pelayanan-pelayanan khusus bagi individu-individu yang tidak dapat disesuaikan
atau ditolong melalui prosedur kelompok atau melalui guru kelas yang
bersangkutan.
k) Menyediakan
kesempatan untuk mengadakan pendekatan bersama dalam memecahkan masalah-masalah
staf.
l) Menyediakan
kesempatan untuk mengadakan perencanaan staf sehingga dengan demikian
pandangan-pandangan dan tujuan-tujuan bersama dapat dikembangkan.
Implikasi-implikasi
program bimbingan seperti diuraikan di atas hanyalah dimaksudkan sebagai contoh
yang tidak perlu diikuti secara mutlak. Namun, diharapkan menjadi agak jelas
gambaran dan pengertian kita tentang apa dan bagaimana menyusun program
bimbingan yang sesuai dengan keadaan dan tujuan sekolah kita masing-masing.
D. Permasalahan
Dalam
mengusahakan pembaruan sistem pendidikan, Indonesia menghadapi banyak
masalah. Berbagai masalah tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Ketakseimbangan Vertikal
Anak-anak
yang tidak bersekolah +- 34%, anak-anak yang di drop out sangat tinggi +-
50-65%, anak-anak yang melanjutkan pelajaran setelah mereka menamatkan Sekolah
Dasar amat terbatas +- 11%
2. Ketakseimbangan Horisontal
Perbandingan
antara pelajaran yang bersifat akademis dan yang bersifat vokasionil. Dalam kenyataannya, terutama untuk keperluan pembangunan, kita
memerlukan lebih banyak lagi tenaga-tenaga yang cakap (makarya) dalam berbagai
bidang keterampilan. Sistem pendidikan hendaknya mampu mempersiapkan
tenaga-tenaga yang sanggup menunjang pembangunan itu.
3. Kekurangan Tenaga Guru
Indonesiamasih
kekurangan guru (terutama guru-guru Sekolah Dasar (SD)) dan banyak diantara
guru-guru yang sekarang masih aktif (50-60%)dapat dianggap sebagai guru yang
mutunya belum seperti yang diharapkan. Keadaan seperti ini secara langsung
berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
4. Kekurangan Sarana dan Prasarana untuk Pendidikan
Kekurangan
gedung sekolah merupakan sebab utama dari banyaknya anak-anak yang tidak
bersekolah, dan kurangnya perlengkapan serta alat pengajaran menyebabkan
menurunnya mutu pengajaran.
Selain
itu, menurut REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) secara umum masalah yang
kita hadapi dalam hubungannya dengan pembangunan pendidikan ialah:
1. Masalah relevansi : yaitu masalah sistem
pendidikan yang ada sekarang kurang relevan dengan kebutuhan pembangunan
2. Masalah kwalitas : yaitu masalah menurunnya mutu
pendidikan
3. Masalah kesempatan pendidikan : yaitu
masalahperluasan kesempatan pendidikan dalam hubungannya dengan makin besarnya
pertambahan jumlah peduduk dan para lulusan yang membutuhkan pendidikan yang
lebih tinggi
4. Masalah sistem dan metode mengajar : yaitu
masalahsistem pengajaran yang tidak efektif dan secara relatif terlalu mahal
5. Masalah informasi dan management : yaitu masalah
sistem informasi dan management yang kurang memadai untuk pembaharuan
pendidikan
6. Masalah biaya : yaitu masalahkekurangan dana dan
salah-urus dalam penggunaan sumber-sumber keuangan
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelayanan bimbingan merupakan salah satu layanan di sekolah.
Program bimbingan yang telah tersusun secara baik akan dapat dilaksanakan
secara efektif apabila didukung oleh organisasi yang baik dan tertib. Organisasi
bimbingan yang baik dan tertib perlu ditopang oleh administrasi yang teratur
dan mantap. Karena dengan adanya administrasi yang teratur dan mantap itu akan
memungkinkan terlaksananya mekanisme dan prosedur kerja yang lancar diantara
berbagai petugas bimbingan dan konseling di sekolah.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, saya
menyadari bahwa apa yang saya tulis masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan,
baik dari segi isi (materi) dan sistematika penulisan. Oleh karena itu, saya
meminta sumbang saran dan pemikiran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga menjadi suatu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk
setiap orang yang membacanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Prayitno.
1975. Pelayanan Bimbingan di Sekolah.
Padang: Ghalia Indonesia.
Purwanto,
M. Ngalim. 1992. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Soetjipto.,
Kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan.
Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar