5/02/2018

ARTI PROGRAM DAN ORGANISASI BIMBINGAN SEKOLAH


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Pada waktu bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kita mewarisi sistem pendidikan lama yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial. Pada saat itu, pendidikan terlalu amat teoritis dan hanya dapat dinikmati oleh golongan atas dan mereka yang mampu membayar biaya pendidikan yang tinggi.

Penyelenggarakan pendidikan harus didasarkan pada dasar yang kuat bagi pembangunan nasional. Dengan maksud dan tujuannya untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap yang diperlukan dalam pembangunan, dan juga mendorong rakyat kearah masyarakat yang lebih rasionil dan demokratis yang sesuai dengan kepribadian Indonesia dengan penerapan teknologi.

Jika kita benar-benar melaksanakan apa yang sudah digariskan di atas kita sampai kepada dimensi di mana pelayanan bimbingan makin dirasakan perlunya.

Mengingat masalah bimbingan ini merupakan hal yang masih baru bagi sekolah-sekolah kita pada umumnya, maka dalam rangka administrasi pendidikan ini masalah tersebut akan diuraikan secara garis besarnya saja dan bersifat memberikan pengertian elementer sebagai dasar pengertian dan pelaksanaan bagi guru-guru.

Bimbingan meliputi keseluruhan dari pekerjaan memberikan bantuan. Jadi, dengan kata bimbingan saja kiranya cukup jelas bahwa yang dimaksud adalah bimbingan dan penyuluhan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Arti dan Pentingnya Bimbingan

1.    Pengertian Bimbingan

a.    Miller F. W. (1968) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses untuk membantu individu memperoleh pengertian tentang diri sendiri dan pengarahan diri sendiri yang perlu penyesuaian yang maksimal di sekolah, rumah, dan masyarakat.
b.    Gamon, H. P. (1969) mengatakan bahwa bimbingan di sekolah menengah  berusaha untuk membantu murid-murid agar dapat sebanyak mungkin menimba manfaat dari pengalaman-pengalaman yang mereka peroleh selama mereka berada di sekolah menengah itu. Selanjutnya ia mengatakan bahwa bimbingan di sekolah meliputi ide-ide yang menyangkut perkembangan pendidikan, sosial, dan psikologis, dan hendaknya diorientasikan kepada bidang akademis.
c.    Van Hoose (1969) mengatakan bahwa 1)bimbingan adalah suatu ide, yakni setiap anak adalah unik, seorang anak berbeda dari yang lain. 2)bimbingan adalah suatu keyakinan,yakni dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan; keyakinan bahwa tiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah membantu anak memanfaatkan potensinya itu. 3) bimbingan adalah suatu fungsi, yakni bimbingan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu mereka menjadi apa yang mereka mampu dan membantu mereka mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Dan beberapa ahli lainnya menganggap bahwa bimbingan adalah pelayanan yang terorganisir yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara teratur kepada murid-murid dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dan dalam membina penyesuaian diri terhadap berbagai situasi yang harus ia hadapi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya. Untuk itu, bimbingan bukanlah pemberian arah atau tujuan yang telah ditentukan oleh si pembimbing, bukan pula suatu pengambilan keputusan yang diperuntukan bagi seseorang. Tetapi, pembimbing membantu untuk menetapkan suatu pilihan, dan itu diberikan ketika seseorang atau individu benar-benar tidak sanggup lagi untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya.

2.    Bagi Siapa Bimbingan Diperlukan

Biasanya yang diketahui bahwa kesulitan-kesulitan atau kesukaran-kesukaran yang dialami seseorang dalam hidupnya itu tidak hanya timbul pada masa kanak-kanak, tetapi juga setelah orang itu dewasa. Maka dari itu, bimbingan itu berlaku bagi anak-anak yang normal maupun abnormal (dalam arti berlainan), dan juga bagi orang-orang yang  sudah dewasa.

Demikianlah maka adanya bimbingan itu tidak hanya perlu bagi SLP dan SLA saja, tetapi juga bagi SD, akademi-akademi dan perguruan tinggi, dan bahkan juga bagi orang-orang dewas dalam masyarakat.

3.    Mengapa Bimbingan Diperlukan di Sekolah

Menurut F. W. Miller (1968) ada lima faktor pokok yang menguatkan perlu adanya pelayanan bimbingan, yaitu sebagai berikut:
a.    Demokrasi
“Kesempatan yang sama untuk semua orang” telah menjadi kenyataan dalam berbagai bidang, di sekolah, di universitas, dan perguruan tinggi lainnya, di pabrik-pabrik dan industri, dan dalam lapangan profesionil. Sekolah-sekolah saat ini menampung murid-murid dari berbagai asal-usul dan latar belakang, dan dengan ini dapatlah kita maklumi perbedaan-perbedaan individual yang besar di antara anak-anak.
b.    Teknologi
Berkat kemajuan teknik yang amat pesat kesempatan bekerja berkembang dengan cepat juga, sehingga tanpa bantuan dari pembimbing-penyuluh yang terlatih baik, adalah sukar, kalaupun tidak mustahil, bagi murid-murid untuk menterap-cocokkan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan-kesempatan dalam dunia kerja yang selalu berubah dan meluas itu.
c.    Perluasan program pendidikan
Perluasan ini terjadi dalam segi tingginya (menurut jenjang tingkatan kelas-kelas), luasnya, dan dalamnya program pendidikan. Murid-murid yang masuk sekolah bertambah banyak dan filsafat pendidikan mengarahkan para pendidik untuk lebih lagi memusatkan perhatian mereka kepada anak-anak secara perseorangan. Dalam keadaan seperti ini guru-guru memerlukan bantuan dari para ahli dalam mencapai secara lebih tepat tujuan-tujuan pendidikan yang dikehendaki.
d.   Keadaan dan keagamaan
Kenakalan remaja, ketegangan dan prasangka rasial dan yang didasarkan atas sentimen keagamaan yang meningkat, tetapi di lain pihak peranan rumah sebagai penunjang, penggerak, dan pembina moral yang efektif ternyata merosot. Moral dan nilai-nilai menjadi kacau tak menentu.
e.    Keadaan ekonomi-sosial
Depresi ekonomi dan perang dunia serta ketegangan yang meluas meningkatkan rasa tidak aman. Dalam keadaan ini semua pelayanan bimbingan diperlukan untuk memelihara manusia demi kesehataan mental mereka. Didasarkan atas kondisi-kondisi pokok inilah gerakan bimbingan diselenggarakan. Semua gerakan ini berkembang dengan cepat dan melakukan hal-hal yang amat berarti, dan gerakan-gerakan ini membawa pengaruh yang bersifat nasional.

Selain itu, berikut adalah contoh nyata bagi perlunya diadakan bimbingan di sekolah-sekolah:

·      Banyak di antara anak-anak kita yang tidak mengetahui ke mana harus melanjutkan sekolahnya yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
·      Akibat pilihan sekolah yang tidak sesuai itu, banyak anak-anak yang terpaksa harus keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau selalu pindah sekolah sehingga memboroskan waktu dan biaya, sedangkan hasilnya dapat dikatakan nol.
·      Banyak anak-anak dan remaja yang mengalami kesukaran dalam cara belajar, dalam mengisi dan menggunakan waktu senggang, dalam menghadapi percintaan atau menentukan pilihan teman hidup, dalam penyesuaian terhadap teman-teman sekelas atau terhadap sekolah, dan sebagainya.
·      Banyak pengangguran dan perbuatan asusila dan asocial yang diderita dan dilakukan anak-anak dan para pemuda kita, seperti adanya cross-boy, dan sebagainya.
Dalam beberapa contoh tersebut cukup jelas kiranya betapa pentingnya dan perlunya bimbingan itu diadakan, terutama bagi murid-murid di sekolah lanjutan. Jika hal-hal yang dikemukakan di atas kita renungkan dan teliti benar-benar, ternyatalah betapa banyak macam bantuan yang perlu dipikirkan dalam usaha kita memberi bimbingan kepada anak-anak kita itu.

4.    Siapa yang Melaksanakan Bimbingan

Bimbingan adalah pelayanan komprehensif yang tidak dapat dilakukan oleh semata-mata satu orang saja, melainkan seluruh personil sekolah perlu menunjang pelaksanaan pelayanan itu agar ia dapat berfungsi secara penuh dan efektif.

Di negara-negara yang sudah lebih maju (seperti Amerika Serikat), untuk melaksanakan bimbingan di sekolah, di samping guru-guru telah diadakan petugas-petugas khusus, yakni orang-orang yang memiliki keahlian tertentu dalam bidang yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan itu.

Orang-orang itu biasanya disebut guidance counselor. Ada pula sekolah yang membentuk team guru-guru sebagai petugas bimbingan (grup guidance counselor), dan setiap guru anggota team itu disebutnya teacher counselor.

Berikut ini adalah peranan para personil sekolah dalam hubungannya dengan pelayanan bimbingan.

a.    Tanggung jawab administrator:
1)   Yang menyangkut tugas administratif :
menyediakan biaya untuk pelayanan bimbingan, dan menyelenggarakan “sistem record” yang baik.
2)   Yang menyangkut organisasi:
mengakui pentingnya pelayanan bimbingan; mendorong staf sekolah untuk dapat mengenal dan mengakui pentingnya pelayanan bimbingan; mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang menyangkut pelayanan bimbingan; menyediakan personil yang cukup, baik perlengkapan dan sumber-sumber lain untuk bimbingan; mendorong timbulnya hubungan baik antara sekolah dan masyarakat, khususnya dalam rangka memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat demi keefektifan pelayanan bimbingan.
3)   Riset:
mengadakan penelitian tentang kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan murid-murid dan jenis-jenis pelayanan apa yang perlu mereka peroleh.
4)   Personil:
memilih staf yang baik; mendorong staf agar mereka dapat mengembangkan diri mereka sendiri khususnya untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang lebih luas dan mendalam.
5)   Pengaturan waktu:
mengatur waktu sehingga murid-murid mendapat kesempatan untuk memanfaatkan pelayanan penyuluhan; menyediakan waktu yang cukup bagi para petugas bimbingan sehingga mereka dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
6)   Perlengkapan:
menyediakan fasilitas, perlengkapan dan sumber-sumber yang diperlukan.
7)   Yang menyangkut kurikulum:
mengevaluasi dan meninjau kurikulum; menyediakan program yang tepat untuk kegiatan murid-murid.
8)   Menyelenggarakan program “inservice training”.
9)   Penilaian keseluruhan kegiatan atau program.

b.    Peranan guru dalam bimbingan
1)   Bekerjasama dengan administrator dan petugas bimbingan dalam mengembangkan pelayanan bimbingan.
2)   Menciptakan iklim yang baik yang akan sangat menunjang perkembangan murid-murid secara penuh, khususnya dalam hubungannya dengan pencapaian “tugas-tugas perkembangan”.
3)   Mengembangkan integrasi informasi pendidikan dan informasi jabatan ke dalam pengajaran.
4)   Mempelajari murid secara perseorangan: minat-minatnya, potensinya, dan bakat-bakatnya, pola tingkah lakunya, keadaan lingkungannya, dan sebagainya. Semua informasi ini akan membantu guru dalam menyesuaikan pengajaran yang lebih cocok untuk masing-masing anak.
5)   Mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah sederhana yang terjadi di dalam kelasnya sendiri.
6)   Mengambil-alihkan murid-murid yang bermasalah (yang tidak dapat ditanggulangi oleh guru—meskipun sudah diusahakan sedapat-dapatnya) kepada pembimbing-penyuluh.

c.    Peranan pembimbing-penyuluh
1)   Penyuluhan individual:
membantu individu mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya; membantu individu menyusun suatu rencana yang baik dalam mencapai tujuan tertentu; membantu individu memecahkan masalah (termasuk masalah pribadi, sosial, dan sebagainya).
2)   Membantu guru untuk:
memanfaatkan berbagai informasi yang menyangkut anak-anak secara perseorang untuk merencanakan kegiatan kelas; mengetrapkan cara-cara atau prosedur pengukuran dan penilaian yang baik; mengetrapkan teknik bimbingan kelompok; mengembangkan kerja sama yang baik dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi murid-murid.
3)   Yang menyangkut program sekolah secara keseluruhan:
ikut serta dalam merencanakan suatu kegiatan atau program; ikut serta dalam mengembangkan kurikulum; ikut serta dalam program “inservice training”; mencurahkan penuh perhatian kesehatan mental staf sekolah.
4)   Membantu sekolah untuk memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat:
sebagai “penghubung” antara sekolah dan masyarakat sehingga memungkinkan sekolah memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat; menyelenggarakan konsultasi yang berfaedah dengan orang tua murid, terutama dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapi murid-murid; menjelaskan program sekolah, terutama program bimbingan untuk kelompok dan individu tertentu.
5)   Menyediakan diri untuk membantu tugas-tugas administrasi.

d.   Fungsi pokok ahli psikologi sekolah
1)   Menyelenggarakan studi diagnostic dan usaha-remedial.
2)   Mengusahakan pelayanan khusus untuk anak-anak yang cacat.
3)   Bertindak sebagai konsultan untuk petugas bimbingan lainnya.

e.    Peranan jururawat sekolah
1)   Menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk murid-murid dan personil sekolah.
2)   Menyediakan informasi-informasi kesehatan murid untuk guru, petugas bimbingan, administrator, dan orang tua, terutama dalam hubungannya dengan beberapa tujuan yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan murid-murid.
3)   Mengambil-alihkan murid-murid yang bermasalah kepada ahli lain dalam bidang kedokteran.
4)   Berkonsultasi dengan orang tua mengenai kesehatan murid.
5)   Menyimpan “health record”.
6)   Menumbuhkan sikap murid yang baik terhadap hidup sehat.
7)   Sebagai salah seorang anggota staf bimbingan terlibat dalam kegiatan bimbingan secara keseluruhan.

Semestinya masih ada beberapa personil yang dapat kita anggap sebagai petugas-petugas yang dapat membantu penyelenggaraan pelayanan bimbingan di sekolah, seperti petugas sosial, petugas yang berkenaan dengan kesejahteraan umum, guru-guru spesialis, dan sebagainya.


B.  Fungsi Bimbingan dalam Pendidikan

1.    Bimbingan dalam Pendidikan
Ada lima fungsi pokok pelayanan bimbingan :
a.    Untuk mengungkapkan potensi, bakat, kemampuan dan minat anak.
b.    Untuk mengarahkan dan menyuburkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan potensi, bakat, kemampuan dan minat anak.
c.    Untuk mencegah anak dari gangguan terhadap kelancaran pertumbuhan dan perkembangan itu.
d.   Untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak jika ia mengalaminya.
e.    Untuk menyajikan berbagai informasi yang perlu bagi anak.
Dengan demikian, benar pula jika dikatakan bahwa bimbingan itu sebenarnya menyangkut semua usaha pendidikan yang dilakukan oleh guru, baik di dalam maupun di luar sekolah. Meskipun bimbingan itu menyangkut tiap aspek kegiatan sekolah, tetapi baik pendidikan dan juga bimbingan adalah dua hal yang berbeda dalam tujuan maupun dalam prosesnya.
Jadi, menurut arti yang lebih luas, bimbingan itu dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pendidikan. Sedangkan dalam artinya yang lebih khusus, bimbingan itu mencakup semua teknik penasihatan (counseling) dan semua macam informasi yang dapat menolong individu untuk menolong dirinya sendiri.

2.    Bimbingan Mengefektifkan Program Sekolah
a)    Memperhatikan individu anak-anak
Kiranya kita telah mengetahui bahwa sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya kurang atau tidak memperhatikan individu anak-anak. Bertambah banyaknya mata pelajaran, luasnya bahan pelajaran bagi tiap mata pelajaran, serta adanya sistem ujian yang masih berlaku sekarang ini, dan sebagainya, mengakibatkan guru-guru pada umumnya hanya “memompakan” bahan-bahan pelajaran itu ke dalam otak anak-anak tanpa memperhatikan bahwa perbedaan individual anak terhadap menerima pelajaran itu tidaklah sama. Maka dari itu, fungsi pokok dari bimbingan adalah untuk menolong individu-individu yang mencari atau membutuhkan bantuan meski macam bantuan itu tiap individu tidaklah sama. Oleh karena itu, untuk melaksanakan bimbingan itu sebaik-baiknya diperlukan adanya peminatnya, kecerdasannya, latar belakang keluarganya, riwayat pendidikan atau sekolahnya, dan lain-lain, yang ada hubungannya dengan bantuan yang akan diberikan. Dengan demikian, maka adanya bimbingan di sekolah-sekolah berarti membantu sekolah dalam usahanya memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anak-anak sebagai individu.

b)   Mendekatkan hubungan sekolah dengan masyarakat
Mendekatkan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dipahami jika kita mengetahui apa maksud adanya bimbingan di sekolah-sekolah, dan apa yang dapat dilakukan oleh guru atau pembimbing.

Maksud adanya bimbingan di sekolah ialah untuk menyediakan pelayanan yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari murid-murid di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Apalagi sekarang ini sering kita mendengar banyak penganggur lulusan sekolah yang makin lama makin bertambah, lulusan sekolah sekarang tidak bekerja, dan makin merosotnya moral para pelajar, dan sebagainya.

Ini semua menunjukkan bahwa betapa banyak pelayanan atau bantuan yang mungkin dapat diberikan oleh guru-guru atau pembimbing jika akan melaksanakan bimbingan itu dengan sebaik-baiknya. Itulah sebabnya dalam rangka pelaksanaan bimbingan ini, diperlukan adanya hubungan saling mengerti dan bantu-membantu antara sekolah dengan orang-orang tua murid, jawatan-jawatan, perusahaan-perusahaan, lembaga-lembaga sosial dan keagamaan, dan berbagai organisasi di dalam masyarakat.

c)    Membimbing individu ke arah jabatan atau pekerjaan yang sesuai

C.  Program Bimbingan di Sekolah

Kegiatan bimbingan dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif.
Winkel (19991) menjelaskan bahwa program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.

1.    Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Program Bimbingan

Program bimbingan itu menyangkut dua faktor, yaitu: (1) faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan, (2) faktor-faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).

Mengingat hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa berhasil atau tidaknya suatu program bimbingan di sekolah sebagian besar bergantung pada:
a)    Bagaimana pengertian dan penerimaan kepala sekolah tentang fungsi dan tujuan bimbingan itu.
b)   Latihan, pengalaman, minat, dan pengetahuan tentang bimbingan yang dimiliki oleh para pelaksananya.
c)    Bagaimana pandangan guru-guru dan masyarakat terhadap kebutuhan-kebutuhan bimbingan itu bagi murid-murid.
d)   Kerjasama antara guru-guru, orang tua murid, dan masyarakat.
e)    Biaya dan perlengkapan yang tersedia.

Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika program bimbingan itu akan berlain-lainan antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Karena program bimbingan hendaknya menyesuaikan dengan keadaan sekolah dan tujuan sekolahnya. Sehingga semua itu akan mempengaruhi dan menentukan apa dan bagaimana program bimbingan itu akan dilaksanakan.
Meskipun pelaksanaan program bimbingan tiap sekolah berbeda, tetapi program bimbingan itu haruslah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah digariskan pemerintah, yang berdasarkan falsafah negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.

2.    Ciri - Ciri Umum Program Bimbingan

Mathewson menyarankan agar program bimbingan itu hendaklah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a)    Kegiatan bimbingan (proses yang menyangkut penilaian, penyesuaian, organisasi, dan perkembangan) haruslah dilakukan secara continue sejak dari taman kanak-kanak sampai pada pendidikan orang dewasa, termasuk tingkatan akademi dan universitas, dan juga pelayanan-pelayanan masyarakat bagi para pemuda dan orang-orang dewasa yang sudah keluar dari sekolah.
b)   Proses bimbingan haruslah menyerap setiap kegiatan sekolah dan dilakukan oleh guru-guru serta orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam hal itu.
c)    Program bimbingan hendaklah definitive (tegas, jelas batas-batasnya), mudah dipahami bagaimana prosedurnya, dan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan.
d)   Semua fase program pendidikan haruslah dikoordinasi, termasuk kegiatan-kegiatan masyarakat, dalam suatu pelayanan yang disusun secara teratur dan sistematis, berbagai pelayanan diarahkan pada tujuan yang sama.
e)    Program itu hendaklah mengarahkan titik perhatiannya pada tujuan-tujuan dan masalah-masalah individu murid-murid, seperti pengertian akan dirinya sendiri, perkembangan dan pengarahan diri sendiri, serta orientasinya terhadap masyarakat.

3.    Implikasi - Implikasi Suatu Program Bimbingan

Untuk melaksanakan program bimbingan, implikasi-implikasi yang dapat diusahakan oleh sekolah antara lain adalah:
1)   Bagi individu murid
a)    Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap murid selalu merasa aman, bebas dari rasa takut dan cemas yang berlebihan, gembira, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi-prestasi yang dapat dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b)   Menyediakan kondisi-kondisi dan kesempatan-kesempatan bagi setiap murid untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
c)    Mengembangkan pengertian-pengertian dan sikap-sikap yang dapat merangsang murid-murid memelihara kesehatan jasmani dan rohani mereka.
d)   Mengusahakan agar murid-murid dapat memahami dirinya: kecakapan-kecakapan, sikap-sikap, minat, dan pembawaannya.
e)    Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik, tingkah laku yang sesuai dengan bermacam-macam tempat dan waktu.
f)    Mengembangkan rasa keseimbangan, ketenangan, kesabaran, dan pengarahan diri.
g)   Mengembangkan minat murid-murid terhadap nilai-nilai intelektual, sosial, dan rekreasi (termasuk penggunaan waktu senggang)
h)   Memperoleh informasi-informasi pendidikan, pekerjaan, dan sosial, yang diperlukan dalam pembuatan rencana-rencana sekarang dan yang akan datang.
i)     Membantu dalam pemilihan jabatan yang berharga dan layak, yang dapat dihubungkan dengan minat dan sifat-sifat individu masing-masing.
j)     Mengembangkan kepandaian mengendalikan diri, suatu pengertian kewajiban atau tanggung jawab pribadi terhadap kesejahteraan kelompok.
k)   Mengembangkan pengertian dan penghormatan yang sehat terhadap kesanggupan-kesanggupan dan hak-hak sendiri, dan kesanggupan-kesanggupan serta hak-hak orang lain.
l)     Mengembangkan kepercayaan kepada diri sendiri dan penghormatan diri sendiri pada murid-murid.

2)   Bagi organisasi dan pekerjaan sekolah
a)    Menempatkan kebutuhan-kebutuhan pribadi individu di atas pertimbangan-pertimbangan prosedur sekolah yang lain.
b)   Menyediakan suatu kurikulum dan kondisi-kondisi kerja yang memungkinkan setiap murid dapat bekerja dengan hasil yang baik dan kapasitas yang penuh.
c)    Menyediakan informasi tentang keadaan diri murid-murid, yang penting bagi penentuan bahan-bahan dan pemberian pengajaran yang sesuai.
d)   Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan murid-murid berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan dan dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
e)    Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan guru-guru dapat mengajar dan memimpin kelasnya dengan baik.
f)    Menyediakan pelayanan-pelayanan profesional untuk membantu guru-guru dalam mengembangkan sikap-sikap, kecakapan-kecakapan (skills), dan teknik-teknik yang perlu bagi penasihat di dalam kelasnya.
g)   Menyediakan pelayanan-pelayanan yang sehat yang dapat membantu kondisi-kondisi jasmaniah murid-murid yang mungkin mengakibatkan tingkah laku yang tidak layak.
h)   Menyediakan bahan-bahan untuk keperluan testing dan pencatatan-pencatatan yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan, sifat-sifat, dan minat-minat individu murid-murid.
i)     Mengadakan penasihatan dan atau wawancara dengan orang-orang tua murid bila hal itu dibutuhkan untuk menolong murid yang bersangkutan.
j)     Menyediakan pelayanan-pelayanan khusus bagi individu-individu yang tidak dapat disesuaikan atau ditolong melalui prosedur kelompok atau melalui guru kelas yang bersangkutan.
k)   Menyediakan kesempatan untuk mengadakan pendekatan bersama dalam memecahkan masalah-masalah staf.
l)     Menyediakan kesempatan untuk mengadakan perencanaan staf sehingga dengan demikian pandangan-pandangan dan tujuan-tujuan bersama dapat dikembangkan.
Implikasi-implikasi program bimbingan seperti diuraikan di atas hanyalah dimaksudkan sebagai contoh yang tidak perlu diikuti secara mutlak. Namun, diharapkan menjadi agak jelas gambaran dan pengertian kita tentang apa dan bagaimana menyusun program bimbingan yang sesuai dengan keadaan dan tujuan sekolah kita masing-masing.


D.   Permasalahan
Dalam mengusahakan pembaruan sistem pendidikan, Indonesia menghadapi banyak masalah.  Berbagai masalah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ketakseimbangan Vertikal
Anak-anak yang tidak bersekolah +- 34%, anak-anak yang di drop out sangat tinggi +- 50-65%, anak-anak yang melanjutkan pelajaran setelah mereka menamatkan Sekolah Dasar amat terbatas +- 11%
2. Ketakseimbangan Horisontal
Perbandingan antara pelajaran yang bersifat akademis dan yang bersifat vokasionil.  Dalam kenyataannya,  terutama untuk keperluan pembangunan, kita memerlukan lebih banyak lagi tenaga-tenaga yang cakap (makarya) dalam berbagai bidang keterampilan. Sistem pendidikan hendaknya mampu mempersiapkan tenaga-tenaga yang sanggup menunjang pembangunan itu.
3. Kekurangan Tenaga Guru
Indonesiamasih kekurangan guru (terutama guru-guru Sekolah Dasar (SD)) dan banyak diantara guru-guru yang sekarang masih aktif (50-60%)dapat dianggap sebagai guru yang mutunya belum seperti yang diharapkan. Keadaan seperti ini secara langsung berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
4. Kekurangan Sarana dan Prasarana untuk Pendidikan
Kekurangan gedung sekolah merupakan sebab utama dari banyaknya anak-anak yang tidak bersekolah, dan kurangnya perlengkapan serta alat pengajaran menyebabkan menurunnya mutu pengajaran.

Selain itu, menurut REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) secara umum masalah yang kita hadapi dalam hubungannya dengan pembangunan pendidikan ialah:
1. Masalah relevansi : yaitu masalah sistem pendidikan yang ada sekarang kurang relevan dengan kebutuhan pembangunan
2. Masalah kwalitas : yaitu masalah menurunnya mutu pendidikan
3. Masalah kesempatan pendidikan : yaitu masalahperluasan kesempatan pendidikan dalam hubungannya dengan makin besarnya pertambahan jumlah peduduk dan para lulusan yang membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi
4. Masalah sistem dan metode mengajar : yaitu masalahsistem pengajaran yang tidak efektif dan secara relatif terlalu mahal
5. Masalah informasi dan management : yaitu masalah sistem informasi dan management yang kurang memadai untuk pembaharuan pendidikan
6. Masalah biaya : yaitu masalahkekurangan dana dan salah-urus dalam penggunaan sumber-sumber keuangan


BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Pelayanan bimbingan merupakan salah satu layanan di sekolah. Program bimbingan yang telah tersusun secara baik akan dapat dilaksanakan secara efektif apabila didukung oleh organisasi yang baik dan tertib. Organisasi bimbingan yang baik dan tertib perlu ditopang oleh administrasi yang teratur dan mantap. Karena dengan adanya administrasi yang teratur dan mantap itu akan memungkinkan terlaksananya mekanisme dan prosedur kerja yang lancar diantara berbagai petugas bimbingan dan konseling di sekolah.

3.2  Saran
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa apa yang saya tulis masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan, baik dari segi isi (materi) dan sistematika penulisan. Oleh karena itu, saya meminta sumbang saran dan pemikiran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah ini, sehingga menjadi suatu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk setiap orang yang membacanya.


DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 1975. Pelayanan Bimbingan di Sekolah. Padang: Ghalia Indonesia.
Purwanto, M. Ngalim. 1992. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
   PT. Remaja Rosdakarya.
Soetjipto., Kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar